•—•
2 min readOct 25, 2022

Hari ini aku berdoa untuk kita

Kakak yang baik,

Hari ini aku berdoa untuk kita yang menua bersama. Dari banyak semogaku, aku izin untuk menyelipkan namamu. Harap-harap meski kamu tidak berdoa atas nama Tuhanku, doaku ini juga turut menyertaimu.

Kakak tersayang, yang paling aku sayangi. Ada banyak doa yang kusemogakan. Salah satunya ialah semoga dengan pengingat berkurangnya masa kita di bumi, aku dan Kakak bisa menjalani hidup tanpa penyesalan—mungkin sedikit saja tak masalah. Dengan demikian tidak peduli kapanpun dunia kita berhenti, kilas baliknya tidak akan membuat jiwa risau untuk ditinggal pergi.

Kakak yang pemurah, yang dari perbuatannya tumbuh banyak kebajikan. Satu dari doa yang selalu kugaungkan pada langit yang tinggi adalah agar aku dan Kakak tetap dan selalu berusaha untuk menjadi manusia baik. Dari Kakak aku belajar bahwa perbuatan baik tidak melulu tentang hal besar. Perbuatan kecil yang Kakak usahakan itu, juga ingin kujadikan perbuatan kecil yang kuusahakan. Dan menjadi baik, Kak, adalah satu dari usaha itu.

Kak, kadangkala dunia memandang dan memperlakukan kita dengan tidak ramah. Barangkali Kakak lebih paham karena dari kerasnya dunia itulah Kakak tumbuh dan ditempah. Punggungku yang kecil ini tidak bisa menyembunyikan Kakak dari jahat-jahatnya dunia. Tangan terampil Kakak juga tidak bisa membungkus telingaku dari isi kepala. Kita tidak bisa menang dalam perang yang ditaklukkan untuk dan oleh orang lain. Aku dan perangku juga kamu dan perangmu, Kak, hanya bisa dimenangkan oleh diri sendiri. Meski demikian aku dan Kakak tetap bisa bertarung bersama, kan? Aku ingin melewati badaiku bersama kamu dan badaimu dengan berjalan beriringan serta tautan tangan. Kupikir itu sudah lebih dari cukup untuk menang.

Walau kalah pun, tak masalah. Toh tidak semua pertempuran harus dimenangkan, bukan? Jadi, tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja.

Di semesta lain, aku percaya bahwa kini Kakak dan aku sedang duduk di depan meja makan dengan kue keju buatanku dan sup rumput laut buatanmu. Di atas kue itu ada lilin menyala yang diperuntukkan kita; ditiup berdua. Di semesta ini, aku ingin membagi syukur dengan hanya karena menemukanmu. Di tiap hela yang terembus pada lilinku itulah doa-doa satu persatu memanjat, sebelum akhirnya kubisik satu permohonan terakhir;

Hiduplah dengan baik.

Di semesta ini, di semesta lain, di semesta-semesta yang tidak dan meletakkan kita pada garis kehidupan yang sama, hiduplah dengan baik, Kak.

— - —